Jakarta, 9 November 2024 – Dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Nasional (HKN) 2024, PT Takeda Innovative Medicines mengajak masyarakat untuk lebih sadar akan ancaman dengue, yang sering dianggap sebagai penyakit musiman, dan biasa mencapai puncaknya pada saat musim hujan. Sebuah studi menunjukkan bahwa meskipun dengue secara umum mengalami fluktuasi musiman, peningkatan suhu global memperpanjang masa penularan, sehingga wabah menjadi lebih sering dan meluas. Hal tersebut disampaikan melalui acara talk show bertajuk "Lindungi Keluarga Anda dari Ancaman Dengue: #Ayo3MPlusVaksinDBD", yang merupakan bagian dari serangkaian acara peringatan HKN 2024 oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Dari tahun 2000 hingga 2019, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat lonjakan sepuluh kali lipat dalam kasus yang dilaporkan di seluruh dunia, dari 500.000 menjadi 5,2 juta. Di tahun 2024, sampai dengan 30 April, lebih dari 7,6 juta kasus telah dilaporkan kepada WHO, termasuk 3,4 juta kasus yang dikonfirmasi, lebih dari 16.000 kasus yang parah, dan lebih dari 3.000 kematian.
Menurut WHO, Indonesia mengalami lonjakan kasus demam berdarah, dengan 88.593 kasus terkonfirmasi dan 621 kematian per 30 April 2024 – sekitar tiga kali lipat lebih tinggi dari periode yang sama di tahun 2023. dr. Agus Handito, SKM, M.Epid, Tim Kerja Arbovirosis, mewakili Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan RI, menyatakan, "Saat ini, prevalensi dengue di Indonesia menunjukkan tantangan yang serius. Meskipun pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah ini, terutama terkait Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), kita masih melihat angka kasus yang fluktuatif setiap tahunnya.
Oleh karena itu, pemerintah mengambil pendekatan melalui Strategi Nasional Penanggulangan Dengue (STRANAS) 2021-2025 yang mencakup: (1) Penguatan yang efektif, aman, dan berkesinambungan; (2) Peningkatan akses dan mutu tatalaksana dengue; (3) Penguatan surveilans dengue yang komprehensif serta manajemen KLB yang responsif; (4) Peningkatan pelibatan masyarakat yang berkesinambungan; (5) Penguatan komitmen pemerintah, kebijakan manajemen program, dan kemitraan; dan yang tidak kalah penting (6) Pengembangan kajian, intervensi, inovasi, dan riset sebagai dasar kebijakan dan manajemen program berbasis bukti.
Menambahkan yang disampaikan oleh dr. Agus, dr. Iriani Samad, M.Sc, Tim Kerja Arbovirosis, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan RI, menyampaikan, "Indonesia menghadapi tantangan serius dalam penanggulangan dengue. Perlindungan terhadap infeksi dengue harus dilakukan secara komprehensif dan holistik, mencakup penerapan metode 3M Plus yang terbukti efektif, serta mengadopsi inovasi pencegahan lainnya. Pemerintah terus berupaya mengembangkan strategi yang efektif untuk menurunkan angka infeksi dengue melalui kampanye edukasi yang komprehensif. Setiap tahun, Kementerian Kesehatan memperingati Hari Kesehatan Nasional (HKN) untuk meningkatkan kesadaran publik akan pentingnya kesehatan dan mendorong partisipasi masyarakat dalam menjaga kesehatan mereka sendiri. Namun, kesuksesan upaya ini sangat bergantung pada keterlibatan aktif masyarakat. Ayo, bertindak sekarang untuk kesehatan kita bersama!"
Mariani, Kader Jumantik dari Matraman, Jakarta Timur, membagikan pengalaman dalam menanggulangi dengue di daerahnya. Menurut Ria, serangkaian kegiatan PSN telah dilakukan secara berkelanjutan,. Artinya, bukan hanya tugas Jumantik saja, tetapi juga setiap anggota keluarga di dalam lingkungan tersebut. Dengan kolaborasi dan komitmen bersama, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman dan sehat, serta menurunkan angka infeksi dengue secara signifikan."
Sementara itu, Prof. Dr. dr. Soedjatmiko, SpA(K), Msi, Anggota Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) 2004–2024, Selain itu, masing-masing keluarga juga perlu lebih waspada dalam mencegah gigitan nyamuk melalui 3M Plus, termasuk menggunakan lotion pengusir nyamuk, obat nyamuk, pakaian lengan panjang, celana panjang dan kelambu. Selain upaya tersebut pemerintah bersama masyarakat melakukan program menyebarkan telur nyamuk ber-Wolbachia, yang penelitiannya telah dilakukan di 10 negara sejak tahun sejak 2006," sambungnya.
Lebih lanjut Prof. Soedjatmiko menyampaikan, Vaksin dengue yang ada saat ini sudah mendapat ijin BPOM, dapat diberikan kepada kelompok usia 6 sampai 45 tahun, melindungi dari 4 serotipe dengue, dan direkomendasikan oleh IDAI sejak tahun 2023. Komitmen kuat dari berbagai pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah, para kader Jumantik –pahlawan kita dalam upaya melawan dengue–, Kami juga mendukung kampanye masyarakat #Ayo3MPlusVaksinDBD, yang bertujuan meningkatkan kesadaran akan pentingnya perlindungan terhadap penyakit ini.”
Andreas menambahkan, “Mengingat tidak ada pengobatan spesifik untuk dengue, pencegahan menjadi kunci. Vaksinasi dengue telah direkomendasikan oleh Asosiasi Kedokteran di Indonesia, baik untuk anak-anak maupun orang dewasa, dan ini merupakan bagian dari strategi perlindungan yang lebih luas. Dengan semangat kolaborasi, kami berkomitmen mendukung tujuan Kementerian Kesehatan dalam mencapai Nol Kematian Akibat Dengue pada tahun 2030. Bersama, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman dan sehat bagi keluarga dan masyarakat di seluruh Indonesia. Setiap langkah yang kita ambil hari ini adalah investasi untuk masa depan yang lebih baik."